Pertanyaan tinjauan
Intervensi bedah mana yang memiliki luaran terbaik untuk prolaps vagina apikal ?
Latar belakang
Prolaps vagina apikal adalah turunnya rahim atau bagian atas vagina (kubah) setelah histerektomi. Berbagai terapi pembedahan tersedia dan tidak ada panduan yang merekomendasikan pilihan terbaik.
Karakteristik penelitian
Lima puluh sembilan uji klinis acak terkendali (RCT) mengevaluasi 6705 orang yang menjalani pembedahan untuk prolaps vagina apikal. Perbandingan yang paling banyak dilakukan adalah antara bedah vagina dan kolpopeksi sakrum (prosedur abdominal yang menggantungkan vagina bagian atas ke sakrum dengan implan) (tujuh RCT), bedah vagina dengan jaring dibandingkan dengan tanpa jaring (tujuh RCT), histerektomi vagina versus suspensi abdominal (enam RCT), dan kolpopeksi sakrum dengan jenis atau akses yang berbeda (enam RCT). Bukti ilmiah ini menggunakan penelitian yang dilakukan hingga Maret 2022.
Hasil utama
Pada mereka yang mengalami kekambuhan prolaps setelah histerektomi, kolpopeksi sakrum (prosedur abdominal) berhubungan dengan tingkat kesadaran akan terjadinya prolaps yang lebih rendah, pembedahan berulang untuk prolaps, prolaps saat pemeriksaan, dan inkontinensia urine tipe stres dibandingkan dengan prosedur pervaginam. Jika 8% wanita menyadari adanya prolaps setelah kolpopeksi sakrum, 18% (16% hingga 32%) kemungkinan besar akan menyadarinya setelah prosedur pervaginam. Jika 6% wanita memerlukan operasi prolaps berulang setelah kolpopeksi sakrum, 14% (8% hingga 18%) akan memerlukannya setelah prosedur pervaginam. Jika 17% wanita mengalami inkontinensia urine tipe stres setelah kolpopeksi sakrum, maka 31% (19% hingga 49%) akan mengalaminya setelah operasi apikal vagina.
Kolpopeksi sakrum dapat dilakukan pada mereka yang mengalami prolaps rahim dengan cara berikut: dengan mempertahankan rahim (histeropeksi sakrum), dengan histerektomi subtotal (badan rahim diangkat, dan leher rahim dipertahankan) atau setelah histerektomi total. Namun, dari data yang terbatas tidak dapat disimpulkan bahwa ditemukan manfaat jika dibandingkan dengan intervensi pervaginam.
Bukti ilmiah yang terbatas tidak mendukung penggunaan jaring transvaginal dibandingkan dengan perbaikan jaringan tanpa jaring (perbaikan vagina dengan menggunakan jahitan). Bukti ilmiah yang ada tidak meyakinkan, tetapi menunjukkan bahwa jika 18% wanita menyadari adanya prolaps setelah operasi tanpa jaring, antara 6% hingga 59% akan menyadarinya setelah operasi dengan jaring. Jika 10% wanita memerlukan operasi ulang untuk prolaps setelah operasi tanpa jaring, 3% hingga 11% kemungkinan akan memerlukannya setelah operasi dengan jaring. Kami tidak menemukan bukti ilmiah yang jelas bahwa pembedahan dengan jaring mengurangi kejadian kekambuhan prolaps. Jaring dihubungkan dengan tingkat paparan jaring sebesar 17,5% (jaring masuk ke dalam vagina).
Bukti ilmiah yang ada tidak meyakinkan dalam perbandingan antara operasi mempertahankan rahim dengan histerektomi pervaginam, dan akses-akses yang berbeda untuk melakukan kolpopeksi sakrum.
Kepastian bukti ilmiah
Kekuatan kualitas bukti ilmiah berkisar dari sangat lemah hingga sedang. Keterbatasan termasuk ketidaktepatan, pelaporan metode penelitian yang kurang baik dan inkonsistensi.
Diterjemahkan oleh dr. Johannes Paulus Fernandez (Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya). Disunting oleh dr. Dhite Bayu Nugroho, M.Sc., Ph.D (UNiversitas Gadjah Mada). Email Kontak: cochrane-indonesia.fkkmk@ugm.ac.id.